Home Blog
Post
Cancel

5. Hanya membicarakan diri sendiri

Di banyak tulisan terakhir, fokus setiap tulisanku adalah aku, seakan-akan tidak ada yang cukup menarik untuk dituliskan selain diri sendiri.

Justru sebaliknya.

Dari detik ke detik, begitu kuat tarikan dunia di luar diri. Dari warna, bentuk, suara, sentuhan yang indah maupun tak elok; dari ide yang cemerlang hingga tak masuk akal; pertanyaan mengenai hal-hal tersebut yang merangkai menit ke menit; semuanya memerangkap diri. Aku begitu mudah terdistraksi dunia. Sedemikian terjadinya hampir tidak ada spatial-space, time-space, head-space, dan bahkan heart-space untuk memikirkan apa yang telah aku sendiri lakukan. Bagai mesin beralgoritma canggih. Geraknya kompleks dan urusannya banyak, namun tetap tidak punya kesadaran.

Di agenda menulislah tempatku memikirkan diri sendiri. Di tuts papan ketik ini aku menyusun benang-benang urusanku, kereta pikiranku, dan tata letak hatiku. Ini adalah salah satu aksi perawatan diri, self-maintenance. Semua ini untuk mengembalikan kesadaran. Dengan kesadaran, ada niat; niat akan menghasilkan perbuatan yang sesuai. Sebaliknya, tidak ada kesadaran, tidak ada niat; tanpa niat, perbuatan sebesar semesta pun tidak akan ada maknanya. Manusia mana yang bisa hidup tanpa makna?

Di sisi lain, belum cukup keberanianku untuk membicarakan hal lain. Aku hanya persis mengenal diri sendiri, dan berada di kegelapan ketika melihat ke orang lain. Aku tidak ingin tulisanku mengenai mereka jatuh dalam kategori menghakimi, ghibah atau gosip, atau apapun itu yang sulit untuk dipertanggungjawabkan.

Lagipula, di Hari Akhir nanti, mungkin kita semua akan berada pada kecemasan yang ekstrem; menelaah amal dan perbuatan diri masing-masing. Tidak ada yang kita pedulikan, sekalipun berjalan tanpa pakaian. Semuanya hanya memikirkan dirinya sendiri dan jawaban apa yang akan diberikan kepada Sang Maha Kuasa. Aku pikir ada baiknya jika hal itu aku simulasikan dalam skala yang ringan, dengan cara mempertanyakan kembali alur pikiran, keputusan, dan perbuatan yang telah aku alami ke dalam catatan digital sederhana. Mungkin tidak akan sedetil yang dimiliki Raqib dan Atid, tapi inilah usahaku untuk menjaga diri. Insya Allah.

Jika Tuhan mengkhendaki, akan datang saatnya aku bisa memberi dari sedikit yang aku punya dari harta, pengetahuan, maupun pengalamanku tentang hal-hal yang penting diketahui umat manusia, selain dari cerita-cerita dan contoh-contoh yang terkesan egosentris ini. Ya, bukankah aku masih muda dan berkembang? Tidak ada gunanya menuntut diri di luar waktu dan kapasitasmu.

This post is licensed under CC BY 4.0 by the author.