Dalam dua tahun terakhir, pagiku kurang lebih dimulai dari turun shalat subuh di masjid.
Dalam tiga tahun terakhir, kebanyakan hariku dimulai dari berkegiatan di kampus dan sekitarnya.
Dalam lima belas tahun terakhir, sebagian besar hari aku nikmati di gedung-gedung sekolah diiringi kisah dan perjalanan antara ia dengan rumahku.
Semua stabilitas itu kacau sejak empat bulan yang lalu. Kedekatan spiritual, afirmasi identitas, disiplin kegiatan, dan hal-hal sederhana nan penting lainnya, semua itu harus aku perjuangkan sendiri di kamar berukuran sembilan meter persegi, di rumah ujung jalan ini.
Mereplikasi segala detail rutinitasku sebelumnya itu tidak semudah yang aku bayangkan. Aku pikir aku adalah orang yang cukup teratur. Ternyata tidak.
Apakah setelah berminggu-minggu berusaha kini aku sudah bisa menyelesaikan masalah ini? Aku tak yakin. Tapi ada beberapa tip dan trik yang ingin aku bagikan. Mungkin ini justru yang orang lain butuhkan. Mari kita mulai dari bangun tidur.
1. Alarm jauh dari tempat berbaring
Tinggal di dekat masjid memang nikmat. Aku bahkan pernah lupa bahwa itu adalah suatu kenikmatan. Bodoh sekali.
Alarm dalam dua tahun terakhir adalah, kalau bukan sentuhan tangan orang lain yang sangat baik, bisa jadi adzan sebelum subuh, atau alarm dari ponselku. Dua cara awal tadi bagiku sangat efektif. Tetapi yang ketiga ini perlu sedikit modifikasi.
Sebelum tidur, aku coba simpan ponselku di sudut lain kamar. Dengan volume suara yang maksimal, ketika alarm itu menyala, telinga yang benci kebisingan ini memberi sinyal ke otakku untuk menggerakkan badan, bangun, kiceup-kiceup, berdiri, berjalan ke sumber suara dan tap, senyap. Setelahnya? Bodo amat. Setidaknya aku sudah berdiri.
2. Konsumsi air segera setelah membuka mata
Apa yang lebih segar daripada sentuhan air?
Jika semprotan air ke muka atau tumpahan likuid ke badan itu terlalu kasar, maka menenggak air ke kerongkongan secara sopan itu lebih enak untuk memulai hariku. Apalagi jika airnya dingin (atau panas, siapa juga yang menyiapkan? oh, ada termos) Segar. Jika tidur lagi, aku akan merasa bersalah pada diriku malam sebelumnya yang telah sudi menyiapkan minuman ini.
3. Meregangkan otot-otot tubuh, kemudian cepat-cepat ditegangkan lagi
Orang-orang biasanya hanya melakukan salah satu. Aku pikir itu agak berbahaya. Jika hanya diregangkan, besar kemungkinan tidur lagi (bahaya, kan?). Jika langsung ditegangkan, bisa jadi tubuh kita terlalu kaget. Kasihan.
Hal yang selalu aku coba untuk lakukan adalah
- peregangan standar (yang familiar bagi semua orang), dan
- plank 1 menit, yang benar-benar menegangkan.
Aku selalu mencoba untuk memastikan setiap bagian tubuh mendapatkan haknya untuk diregangkan dan ditegangkan.
Soal plank, bisa dikatakan bahwa ini adalah key habit-ku memulai kebiasaan-kebiasaan lain di pagi hari. Aku sangat menyarankan plank untuk dilakukan secara sehari-hari. Mulai dari durasi sesebentar yang bisa kamu bayangkan, lalu tambah durasinya 1 detik tiap hari.
4. Melakukan apapun yang membuat hatimu tenang, sedini mungkin
Bagiku, aktivitas itu adalah membereskan kamar tidur. Mulai dari membereskan tempat tidur, merapikan kabel-kabel, menyapu. Well, biasanya tidak ada yang perlu dibereskan ketika bangun, jika rutinitas sebelum tidur di malamnya kulakukan dengan baik. Tapi pekerjaan mental dalam menempatkan barang-barang sesuai tempat dan haknya itu membuat pikiran dan hati merasa tenang. Kasur tidur punya hak untuk rapi. Lantai punya hak untuk bersih dan diinjak dengan nyaman. Buku punya hak untuk ditempatkan di lemari buku. Tidak berlaku dzalim tersebut terasa bagai suatu pencapaian yang hebat di awal hari.
Selain beres-beres, hal yang membuatku tenang adalah menuliskan isi pikiran, baik itu jurnal rasa-syukur, curhat, atau menuliskan ulang to do list untuk hari itu. Mengetik oke, tapi menulis dengan pulpen di atas kertas lebih memberikan efek terapi.
Bagimana denganmu? Tanyakan pada dirimu sendiri.
5. Tidak ada media sosial sebelum mandi
Meskipun banyak mendapatkan manfaat psikologis dari trik ini, aku masih belum bisa melakukannya dengan disiplin. Ketika LINE dan Instagram sudah bisa dikontrol, angka kecil di pojok ikon Whatsapp itu selalu membuatku gagal fokus. Sampai sekarang aku masih menganggap apapun yang orang sampaikan lewat chat WA itu cukup urgen untuk dibalas. Sekarang sepertinya tidak lagi. Sebenarnya hanya perlu sedikit atur notifikasi sana sini.
Kenapa menghindari medsos (media sosial)? Karena jika konten didalam tak terduga, ia bisa membuat orang yang mudah terdistraksi ini rolling in action tanpa arah.
Kenapa baru dibuka setelah mandi? Karena mandi bagiku selain menyegarkan badan, ia juga sarana menyegarkan pikiran sehingga memacu semangat dan memunculkan berbagai ide. Aku tak mau pikiran ini jenuh di saat seharusnya inspirasi itu datang.
Intinya, prepare yourself before th unexpected.
6. Menyiapkan tujuan hari itu di malam sebelumnya (ya, ini bukan rutinitas pagi)
Tujuan esok hari adalah hal yang seminimalnya kupersiapkan sebelum tidur. Selebihnya seperti yang disebutkan di nomor 4, merapikan lingkungan hidup.
Kenapa disiapkan di hari sebelumnya? Agar di awal hari itu aku tidak perlu banyak berpikir dan berdebat lagi apa yang harus aku lakukan. Energi mental tersebut bisa segera dialokasikan pada produktivitas yang ingin dicapai.
Itulah sedikit “aturan-aturan” yang aku coba aplikasikan untuk membangun kembali rasa kontrol atas diri sendiri di kehidupan baru yang aneh ini. Masih banyak naik dan _turun_nya, tapi kestabilan itu mulai terasa.