Setelah sedikit menjustifikasi mengapa aku boleh-boleh saja membeli banyak buku, alasan lainnya adalah bahwa judul-judul yang kuincar masih relatif sulit ditemukan dan mahal jika dibeli dari Indonesia. Meskipun sekarang sudah ada buku digital di platform seperti Kindle, sejauh ini tidak ada yang bisa mengalahkan sensasi membaca buku fisik yang dimiliki secara pribadi. Ini menimbulkan masalah, karena ketika akhirnya aku selesai studi dan harus pulang ke dalam negeri, buku-buku yang menumpuk itu ingin kubawa ke tanah air pula!
Ada berbagai kekhawatiran yang muncul ketika memikirkan hal ini. Kalau dibawa bersama diri, bagaimana kalau tidak muat di koper bagasi pesawat? Bagaimana kalau kena pajak? Jika dipaketkan, bagaimana kalau ada yang rusak?
Pada akhirnya, buku-buku itu datang dengan selamat dan cepat. Mari urai cerita bagaimana 40 kg buku berpindah dari Britania Raya ke Indonesia.
Aturan dan administrasi
Pada dasarnya, barang yang dibeli di luar negeri lalu dibawa ke dalam negeri adalah barang impor sehingga terkena aturan impor. Untungnya, pemerintah membebaskan pajak impor buku-buku tertentu1 sebagai wujud mencerdaskan kehidupan bangsa, katanya. Oke, buatku sepertinya cukup aman, karena di antara judul buku yang kubeli di sini, hanya ada 3 buah buku yang tidak termasuk kategori bebas bea masuk.
Lebih jauhnya lagi, ada aturan mengenai barang bawaan pribadi yang disebut juga sebagai personal effect. Barang pribadi ini adalah barang-barang yang kita gunakan/konsumsi sendiri selama di dalam/luar negeri, bisa juga barang oleh-oleh, dan tidak diperuntukkan untuk jual-beli di Indonesia. Bea dan cukai membebaskan pajak untuk barang bawaan pribadi sampai pada nominal harga tertentu.2 Si nominal ini menimbulkan perasaan gawat padaku karena akumulasi nominal buku-buku yang akan aku bawa pulang melewati angka tersebut.
Aku berharap kombinasi dua aturan pemerintah itu bisa meminimalkan biaya perpajakkan yang harus dikeluarkan. Untuk menenangkan diri, segala bentuk administrasi dan keterangan barang aku siapkan sebelum mengirimkan paket buku atau memasukkannya ke koper.
Sebelum memulai, perlu diputuskan terlebih dahulu lewat jalur apa saja buku-buku ini akan dibawa pulang. Setelah hitung-hitung biayanya, aku memilih untuk mengirim 1 box lewat kurir pengiriman barang internasional dan sebagiannya kumasukkan ke dalam koper bagasi penerbangan pulang.
Pertama, semua buku didata ke dalam suatu tabel, lengkap berikut penulis, genre atau kategori buku, serta harga belinya. Data buku tersebut dimasukkan ke dalam list masing-masing sesuai moda pengiriman. Total harga barang tiap list juga dicantumkan.
Kedua, aku meminta agar dibuatkan surat keterangan pindah kepada KBRI London3 yang prosesnya ternyata lumayan cepat. Awalnya aku menganggap bahwa surat yang diinginkan baru bisa diajukan ketika kegiatan studiku total beres e.g. ada ijazah, tapi itu tidak masuk akal karena tidak sedikit mahasiswa UK yang pulang bukan ketika semua administrasi kampus sudah beres (Oktober-November), tapi ketika disertasi mereka selesai dikumpulkan (Agustus-September). Meskipun pendataan sudah dilakukan sejak awal Juli, permintaan surat keterangan pindah baru aku layangkan setelah semua kewajiban akademikku tuntas di pertengahan Agustus. Alhamdulillah, pemrosesan suratnya hanya memakan 1-2 hari.
Bungkus
Karena tiap buku bagiku sangat berharga, setiap elemen pengepakkannya diusahakan seprotektif mungkin. Melapisi mereka dengan plastik agar terhindar dari basah adalah poin yang wajib. Buku-buku yang dimensinya mirip ditumpuk setinggi 10-15 cm ke dalam satu balutan bubble wrap agar tidak terlalu memakan banyak bahan juga.
Box yang digunakan adalah jenis double wall atau berlapis dua karton untuk memaksimalkan berat yang bisa ditampung namun tetap lebih aman. Ia kurang lebih berukuran 47 x 33 x 33 cm. Beli box di UK ternyata mahal! Satunya bisa seharga 10 pound sterling. Belilah agak banyak bersama orang lain atau jual kembali, karena harganya bisa jauh lebih murah.
Ada best-practice cara menyusun buku di dalam box pindahan:
- Isi box dengan padat, jangan biarkan ada ruang kosong. Ruang kosong bisa membuat buku bergeser-geser sehingga berpotensi rusak. Kalau ada sedikit gap, penuhi dengan kertas atau bubble wrap.
- Selalu arahkan punggung buku ke dalam box, jangan tempatkan di sisi. Ini untuk menghindari kemungkinan patahnya punggung yang kaku tersebut ketika si box terbentur-bentur di perjalanan.
Aku perlu waktu cukup lama untuk mengotak-atik berbagai kombinasi susunan buku agar bisa memenuhi dua saran di atas, termasuk membuka-tutup bungkusan-bungkusan bubble wrap yang sebelumnya sudah disiapkan. Karena salah satu objektifku adalah membuat box ini seberat mungkin, given its limited volume, aku juga sempat menukar-nukar buku dengan jenis kertas yang berbeda dari buku yang tadinya akan disimpan di koper. Secara umum, buku dengan kertas warna putih lebih berat dari yang kertasnya warna kecoklatan.
Oh iya, sebelum diisi, permukaan luar box kardus ini aku lapisi dengan tape plastik biar dia tahan percikan air dan tidak mudah rusak karena tergores atau tertusuk. Pelapisan ekstra ditambahkan di sisi-sisi box.
Kirim
Sudah disebut di atas bahwa aku menggunakan layanan Parcelforce4, anak perusahaannya Royal Mail UK. Dia dipilih karena harganya yang paling murah di antara jasa pengiriman internasional lain seperti DHL dan FedEx, dengan keterangan lain yang sesuai kebutuhan. Secara daring, aku memesan paket globalpriority dengan meminta barangnya dikoleksi langsung dari alamat rumah. Dengan berat 25 kg, volume yang tadi disebutkan, dan alamat yang sudah ditentukan (rumah di UK ke rumah di Indonesia), ditambah dengan biaya asuransi, semuanya menghabiskan £157.20. Itu jauh lebih murah dari harga ekstra bagasi, jastip, atau layanan pengiriman dari Indonesia yang kadang harus dikumpulkan di London yang nun jauh di sana (posisiku di Edinburgh).
Disclaimer: tidak sedang promosi! 😀
Sebelum diserahkan ke kurir, aku memastikan semua label tertempel dan dokumen yang sudah disiapkan sedemikian rupa disematkan di atas box sehingga mudah diakses petugas. Di sisi-sisi box juga ditempel tulisan “BOOKS” yang lumayan besar agar siapapun yang mengurusi benda ini bisa menyesuaikan ekspektasinya secara mudah.
Dalam konteks Parcelforce, ia sepertinya bekerjasama dengan POS Indonesia dalam menyalurkan barang di dalam negeri. Entah bagaimana dengan penyedia jasa lain.
Ketika ditanya orang rumah, “Kapan barangnya datang?”, meski pihak pengirim hanya bilang 3+ hari, aku memberikan estimasi yang pesimis: 1 bulan. Tapi, tada! dalam 5 hari kerja dia sudah sampai. 🫶
Lini masa proses pengiriman barang.
Bayar pajak
Kelancaran pengiriman tersebut dibantu oleh Ibuku yang juga gercep (makasih, Ibu!) mengabarkan bahwa ada kabar dari POS Indonesia bahwa barangnya sudah di gudang mereka, menanti penerima barang untuk membayar pajak dan biaya administrasi, sebelum lanjut dikirim ke alamat tujuan.
Aku yang dibangunkan malam-malam pagi-pagi agak sakit perut ketika menavigasi website EMS POS Indonesia, khawatir terkena jantungan ketika melihat nominal yang harus dibayar.
Alhamdulillah! Cuma perlu kirim uang Rp5.550.
Proses membayar pajaknya cukup sederhana. Penerima barang mendapat pesan SMS dari POS Indonesia ke nomor yang dicantumkan di formulir pengiriman. Buka link yang disedikan (awas penipuan!), lalu mengikuti panduan yang diberikan. Link tersebut juga bisa diakses di halaman tracking barang (tulisan “See detail” di gambar sebelumnya). Setelah itu, cek kembali status pembayaran pajak di halaman yang sama. Untuk memastikan, kita bisa telepon kantor POS terdekat.
Terima
I’ll keep saying Alhamdulillah, karena boxnya diterima dalam keadaan cukup baik. Ada sedikit penyok di sudut bawah, tapi tidak memberi pengaruh berarti pada buku yang ada di dalamnya.
Tampak atas box yang sudah sampai di rumah.
Sisa buku yang tidak masuk di paket box ini pergi terbang bersamaku, tersimpan di koper bagasi. Tidak ada hal yang outstanding dari proses yang satu ini; tidak ada persiapan khusus yang dilakukan lagi selain memastikan semuanya barang masuk, tidak melebihi kapasitas, dan tentu saja tidak melanggar aturan.
Secara keseluruhan, pengalamanku mengirim buku dari UK ke Indonesia lumayan lancar dan menenangkan. Aku harap ini cukup memberikan gambaran bagi mereka yang ingin membawa pulang barang pribadinya setelah cukup lama bermukim di luar negeri.